Dalam
kajian hadis, para ahli biasanya menggunakan beberapa metode, seperti metode tahlili
(analitis), metode maudhu’i (tematik), metode ijmali (global),
metode kulli (komprehensif), dan metode muqarin (komparatif).
Namun secara umum metode yang banyak dipakai adalah metode tahlili dan
metode maudhu’i[1].
A.
Metode Pemahaman Hadis Tahlili (Analitis)
1.
Pengertian
Metode tahlili (analitis) adalah metode yang menjelaskanhadis-hadis Nabidengan memaparkan segala aspek yang terkandung
dalam hadis tersebut serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya
sesuai dengan kecenderungan dan keahlian pensyarah.[2]
Memahami hadis dengan metode ini berarti menjelaskan
hadis dengan memaparkan segala aspek yang berhubungan dengan hadis tersebut,
baik itu dari aspek sanadnya (perawi), uraian makna kosakatanya, makna kalimat
dan ungkapan yang terkandung dalam matannya, faedahnya, sampai kepada
penjelasan mengenai kualitas, asbab-wurud, mukharrij, bahkan pendapat ulama mengenai
hadis yang dimaksud.
Secara umum kitab-kitab syarah
yang menggunakan metode tahlili biasanya berbentuk ma'sur
(riwayat) atau ra'y (pemikiran rasional). Syarah yang berbentuk ma'sur ditandai dengan banyaknya
dominasi riwayat-riwayat yang datang dari sahabat, tabi'in atau ulama hadis.
Sementara syarah yang berbentuk ra'y banyak didominasi oleh pemikiran
rasional pensyarahnya.
2.
Langkah-langkah
Secara umum, langkah-langkah yang perlu kita lakukan
dalam metode tahlili, sebagai berikut:
a. Menetapkan hadis yang akan dibahas.
b. Melakukan takhrij al-hadis yaitu menunjukkan
asal-usul sebuah hadis pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadis tersebut
dengan sanadnya dan menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.
c. Meneliti keadaan para perawinya (sanad), termasuk
bagaimana mereka menerima dan meriwayatkan hadis tersebut.
d. Meneliti matan
hadis tersebut.
e. Menentukan mukharrijnya dan kualitas hadis tersebut.
f. Menganalisis matan hadis, baik itu kata perkata,
ungkapan atau kalimat yang terdapat dalam hadis.
g. Menarik kesimpulan tentang makna hadis setelah
menganalisisnya dengan menggunakan berbagai teknik dan pendekatan.
h. Menjelaskan aspek-aspek yang terkait dengan hadis yang
dimaksud, seperti faedah dan pendapat para ulama mengenai hadis tersebut.
3.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari metode tahlili diantaranya
adalah :
a.
Ruang lingkup pembahasan yang sangat luas.
Metode analitis dapat mencakup berbagai aspek: kata, frasa,
kalimat, sabab al wurud, munasabah (munasabah internal) dan lain
sebagainya, sehingga memperkaya
kita dengan berbagai pengetahuan sehubungan dengan hadis tersebut. Oleh karena
itu, metode ini sesuai dengan orang yang ingin mengetahui secara rinci tentang
suatu hadis.
b. Memuat berbagai macam ide dan gagasan
Metode ini
memberikan kesempatan pada seseorang untuk menjelaskan kandungan suatu hadis
yang bisa jadi berbeda dengan oranglain. Memberikan kesempatan kepada pensyarah untuk menuangkan ide-ide dan gagasan-gagasan baru dalam menjabarkan
makna suatu hadis.
Adapun
kekurangan dari metode tahlili ialah:
a.
Menjadikan petunjukhadis bersifat parsial
Metode analitis menjadikan petunjuk hadis bersifat parsial atau
terpecah-pecah, sehingga seolah-olah hadis memberikan pedoman secara tidak utuh
dan tidak konsisten. Hal ini
kemungkinan besar karena dalam metode tahlili, tidak ada keharusan untuk
membandingkan satu hadis dengan ayat Al-Qur’an atau hadis-hadis yang lain.
hingga bisa jadi makna yang diperoleh tidak lengkap bahkan menjadi tidak benar.
b.
Melahirkansyarah yang subyektif
Dalam metode analitis, pensyarah tidak sadar bahwa dia telah mensyarah
hadis secara subyektif, dan tidak mustahil pula ada di antara mereka yang
mensyarah hadis sesuai dengan kemauan pribadinya tanpa mengindahkan
kaidah-kaidah atau norma-norma yang berlaku. Selain itu pendekatan dengan metode ini membuka
pintu bagi berbagai macam pemikiran, termasuk israiliyat.
c.
Sifat
pensyarah terlalu teoretis dan tidak sepenuhnya mengacu kepada interpretasi persoalan-persoalan
khusus yang terjadi masyarakat.
d.
Metode ini
tidak mampu memberikan jawaban secara tuntas mengenai persoalan-persoalan yang
dihadapi.
4.
Contoh Kitab-Kitab yang Menggunakan Metode Tahlili
Beberapacontohkitab yang
memakaimetodeTahliliantara lain adalahkitabFath Al-Baari Bi SyarhiShahihal-BukhorikaryaIbnuHajar Al-Asqlani, Ibnatulahkam
Bi Syarhi al-BulughulMaram yang
dikenal denganSubul al-Salam karyaShan’ani, al-Kawakib al-Dirari Fi SyarhiShahih al-BukharikaryaSyamsuddin
Muhammad bin Yusuf bin Ali al-Kirmani, kitabal-Irsyad al-Syari’
li-SyarhiShahihBukharikaryaIbnu Abbas Syihab al-Din Ahmad bin Muhammad
al-QastalaniataukitabSyarah al-ZarqanialaMuwaththa’ ‘ala Imam Malikkarya
Muhammad bin Abdul Baqi bin Yusuf al-Zarqani.
B.
Metode Pemahaman Hadis Maudhu’i(Tematik)
1.
Pengertian
Metode maudhu’i
adalah metode pembahasan hadis sesuai dengan tema tertentu yang dikeluarkan
dari sebuah buku hadis. Semua hadis yang berkaitan dengan tema tertentu,
ditelusuri dan dihimpun yang kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari
berbagai aspek.[3] Misalnya, pendidikan
menurut perspektif hadis dalam kitab karya Al-Bukhari atau wanita dalam kitab
karya Muslim, atau menghimpun
hadis-hadis yang berbicara tentang puasa ramadhan, ihsan (berbuat baik) dan
lain sebagainya. Tema-tema seperti ini sekarang sedang dikembangkan dalam penulisan
skripsi, tesis, dan disertasi di berbagai perguruan tinggi.
2.
Langkah-langkah
Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh dalam
metode maudhu’i adalah sebagai berikut:
a. Menentukan sebuah tema yang akan dibahas
b. Menghimpun hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang
telah ditentukan
c. Menyusun kerangka pembahasan (out line) dan
mengklasifikasikan hadis-hadis yang telah terhimpun sesuai dengan spesifik pembahasannya.
d. Mengumpulkan hadis-hadis semakna yang satu peristiwa
(tempat dan waktu terjadinya hadis sama)
e. Menganalisis hadis-hadis tersebut dengan menggunakan
berbagai teknik dan pendekatan.
f. Meskipun metode ini tidak mengharuskan uraian tentang
pengertian kosa kata, namun kesempurnaannya dapat dicapai jika pensyarah
berusaha memahami kata-kata yang terkandung dalam hadis, sehingga akan lebih
baik jika pensyarah menganalisis matan hadis yang mencakup pengertian kosa
kata, ungkapan, asbab al-wurud dan hal-hal lain yang biasa dilakukan
dalam metode tahlili.
g. Menarik kesimpulan makna yang utuh dari hasil analisis
terhadap hadis-hadis tersebut.
3.
Kelebihan dan Kekurangan
Metode maudhu’i dapat diandalkan untuk
memecahkan permasalahan yang terdapat dalam masyarakat, karena metode ini
memberikan kesempatan kepada seseorang untuk berusaha memberikan jawaban bagi
permasalahan tersebut yang diambil dari petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan Hadis,
disamping memperhatikan penemuan manusia. Sebagai hasilnya, banyak bermunculan
karya ilmiah yang membahas topik tertentu menurut perspektif al-Qur’an dan
Hadis. Contohnya, perempuan dalam pandangan Al-Qur’an dan hadis, dan lain-lain.
Kelebihan metode maudhu’i selain karena dapat
menjawab tantangan zaman dengan permasalahannya yang semakin kompleks dan
rumit, metode ini juga memiliki kelebihan yang lain, diantaranya[4]:
a. Praktis dan Sistematis
Metode
tematik disusun secara praktis dan sistematis dalam memecahkan permasalahan
yang timbul. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan petunjuk
al-Qur’an dan hadis dengan waktu yang lebih efektif dan efesien.
b. Dinamis
Metode
tematik membuat tafsir Al-Qur’an dan hadis selalu dinamis sesuai dengan
tuntutan zaman. Sehingga, masyarakat akan terasa bahwa al-Qur’an dan hadis
selalu aktual (updated), tak pernah ketinggalan zaman (outdated)
dan mereka tertarik untuk mengamalkan ajaran-ajarannya. Meski tidak mustahil
hal ini didapatkan dari ketiga metode yang lain, namun hal itu bukan menjadi
sasaran yang pokok.
c. Membuat Pemahaman
Menjadi Utuh
Dengan
ditetapkannya tema tertentu, maka pemahaman kita terhadap hadis Nabi saw.
menjadi utuh. Kita hanya perlu membahas segala aspek yang berkaitan dengan tema
tersebut tanpa perlu membahas hal-hal lain diluar tema yang ditetapkan.
d. Penjelasan antar hadis dalam metode maudhu’i
bersifat lebih integral dan kesimpulan yang dihasilkan mudah dipahami.[5]
Adapun kekurangannya ialah metode ini terikat pada
tema yang telah ditetapkannya dan tidak membahas lebih jauh hal-hal diluar dari
tema tersebut, sehingga metode ini kurang tepat bagi orang yang menginginkan
penjelasan yang terperinci mengenai suatu hadis dari segala aspek.
KESIMPULAN
Dalam
kajian hadis atau memahami (syarh) hadis, para ahli biasanya menggunakan
beberapa metode, seperti metode tahlili (analitis), metode maudhu’i (tematik),
metode ijmali (global), metode kulli (komprehensif), dan metode muqarin
(komparatif). Namun secara umum metode yang banyak dipakai adalah metode tahlili
dan metode maudhu’i. Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing.
Metode
tahlili adalah metode yang menjelaskanhadis-hadis Nabidengan
memaparkan segala aspek yang terkandung dalam hadis tersebut serta menerangkan
makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan kecenderungan dan keahlian
pensyarah. Salah
satu kitab syarh yang menggunakan metode ini ialah kitab Fathul Baari
yang ditulis oleh Ibnu Hajar al-Asqalani.
Adapun metode maudhu’iadalahmetode
pembahasan hadis dengan menghimpun hadis-hadis yang berkaitan dengan tema
tertentu, kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek.
Misalnya, pendidikan dalam perspektif hadis (hadis tarbawi).
DAFTAR PUSTAKA
Khon, Abdul
Majid. 2014, Takhrij dan Metode Memahami Hadis,Jakarta: Amzah
Baidan, Nashruddin. 1998, Metode
Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Shihab, M. Quraish.
1996, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizans
[1]M. Quraish Shihab, Membumikan
Al-Qur’an, (Cet.13 ; Bandung : Mizan, 1996), h.86
[2] Abdul Majid
Khon, Takhrij & Metode Memahami Hadis, (Jakarta: Amzah, 2014), hal.
141
[3]Ibid.
[4] Nashruddin
Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hal. 165-167
[5] Abdul Majid
Khon, Op. Cit., hal. 141
Tidak ada komentar:
Posting Komentar