Jumat, 08 Januari 2016

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN


C.    Kondisi Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai kepala yang pusing misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta, sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting, sebab perubahan pola makan dan minum serta istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dala menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dan penglihatan siswa yang rendah, misalnya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic (gema dan citra). Akibat negatif selanjutnya terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut. Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga di atas, anda selaku guru yang profesional seharusnya bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin (periodik) dari dinas-dinas kesehatan setempat. Kiat lain yang tak kalah penting untuk mengatasi kekurangsempurnaan pendengaran dan penglihatan siswa tertentu ialah dengan menempatkan mereka di deretan bangku terdepan secara bijaksana. Artinya anda tidak perlu menunjukkan sikap dan alasan (apalagi di depan umum) bahwa mereka ditempatkan di depan kelas karena kekurangbaikkan mata dan telinga mereka. Langkah bijaksana ini, perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self confedence seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi under achiever atau mungkin gagal., meskipun kapasitas kognitif mereka normal atau lebih tinggi daripada teman-temannya.   
           
D.    Kondisi Psikologis
Banyak aspek yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antar faktor-faktor rohaniah siswa tersebutyang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
1.        Tingkat Intelegensi siswa
Intelegensi siswa pada umumnya, dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau enyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada organ-organ tubuh lainnya, karena otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas  manusia.
Tingkat kecerdasan/intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Hal ini bermakna, semakin tinggi kemampua intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.
Selanjutnya, diantara siswa-siswa yang mayoritas berintelegensi normal itu mungkin terdapat satu atau dua orang yang tergolong gifted child, yakni anak sangat cerdas dan anak yang sangat berbakat (IQ 140 ke atas). Disamping itu, mungkin ada pula siswa yang berkecerdasan di bawah rata-rata (IQ 70 ke bawah).
Setiap calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun ynag negatif seperti borderline, lazimya menimbulkan kesulitan beajar bagi siswa ang bersangkutan. Di satu sisi, siswa yang cerdas sekali akan merasa tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah, karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keingintahuannya merasa dibendung dengan cara tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat payah mengikti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karena siswa itu sangat tertekan, dan akhiryunya merasa bosan dan frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif tadi.
Untuk menolong siswa berbakat, sebaiknya anda menaikkan kelasnya setingkat lebih tinggi daripada kelasnya sekarang. Sementara itu, untuk menolong siswa yang berkecerdasan di bawah normal, tindakan yang bijkasana adalah dengan cara memindahkan penyandang intelegensi tersebut ke lembaga pendidikan khusus untuk anak-anak penyansang kemalangan IQ.
2.        Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecedrungan mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek barang, dan sebagainya, baik positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif, terutama anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda apalagi diiringi kebecian kepada anda dapat menimbulkan kesylitan belajar siswa tersebut.
Untik mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa tersebut, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya serta terhadap mata pelajarannya. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajarannya, seorang guru sangat dianjurkan untuk senanatiasa untk menghargai dan mencintai profesinya. Guru yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidang studinya, juga mampu meyakinkan kepada siswa akan manfaat bidang studi itu bagi merka. Dengan meyakini bidang studi tertentu, siswa akan merasa membutuhkannya dan dari perasaan itulah diharapkan muncik sikap positif terhadap bidang studi tersebut sekaligus terhdap guru yang mengajarkannya.
3.        Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensialyang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang pasti memiliki bakat dlam arti berpotensi utuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Sehubungan hal ini, bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh karena itu, hal yang tidak bijaksana apabila orang ta memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada urusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu.
4.        Minat siswa
Minat berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi, karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun, terlepas dri masalah populer atau tidak minat yang seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini, dapat mempengarhi kualitas pencapaian hasill belajar siswa dlaam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya ebi banyak daripada siswa lainnya.
5.        Motivasi Siswa
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah aku secara terarah.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu di antaranya:
a.       Motivasi Intrinsik
Keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya meakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangktan.
b.      Motivasi ekstrinsik
Hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Seperti hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswaaa dalam belajar.
Dalam prespektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik, karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.
Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterrampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandigkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.[1]




               
                [1]Haryu Islamuddin ; Op.Cit, hlm 182-188       

2 komentar: