Jumat, 08 Januari 2016

makalah filsafat Ar-Razi


Ar-Razi


A.  Sejarah Lahir dan Karyanya
1.      Sejarah Lahir
            Nama lengkap Al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Yahya Al-Razi.Dalam wacana keilmuan barat dikenal dengan sebutan Rhazes.Ia dilahirkan di Rayy, sebuah kota tua yang masa lalu bernama Rhogee, dekat Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 M/ 865 M.[1]
            Ada beberapa nama tokoh lain yang juga dipanggil Al-Razi, yakni Abu hatim Al-Razi, Fakhruddin Al-Razi, dan Najmuddin Al-Razi. Oleh karena itu, perlu ditambahkan dengan sebutan Abu Bakar, yang merupakan namakun-yah-nya (gelarnya).
            Perlu pula diingat tentang lingkungan Al-razi tempat ia berdomisili. Telah dimaklumi bahwa Iran, yang sebelumnya terkenal dengan sebutan Persia, sejak lama sudah terkenal dengan sejarah peradaban manusia. Kota ini merupakan tempat pertemuan berbagai peradaban, terutama peradaban Yunani dan persia. Dalam bidang penyatuan kebudayaan Persia dan Yunani inilah terletaknya salah satu jasa dari Alexander  Agung  pada tahun 331 SM. Oleh karena itu, tidak mengherankan kota-kota di Persia (Iran) ini telah mengenal peradaban yang tinggi jauh sebelum bangsa Arab mengenalnya.
            Al-Razi terkenal sebagai seorang dokter yang dermawan, penyayang kepada pasien-pasiennya, karena itu i sering memberikan pengobatan Cuma-Cuma kepada orang-orang miskin.Karena reputasinya sebagai kedokteran ini, Al-Razi pernah diangkat menjadi kepala rumah sakit Rayy pada masa pemerintahan Gubernur Al-Mansur Ibnu Ishaq. Kemudian ia pindah ke Bagdad dan memimpin rumah sakit disana pada masa pemerintahan Khalifah Al-mukhtafi. Setelah Al-Muktafi meninggal, ia kembali ke kota kelahirannya, kemudian ia berpindah-pindah  dari satu negeri ke negeri lainnya dan meninggal dunia pada tanggal 5 Sya’ban 313 H/ 27 Oktober 925 M dalam usia 60 tahun.
            Disiplin Ilmu Al-Razi meliputi ilmu falak, matematika, kimia, kedokteran, dan filsafat.Ia lebih terkenal sebagai ahli kimia dan ahli kedokteran dibanding sebagai seorang filosof. Ia sangat rajin menulis dan membaca, agaknya inilah yang menyebabkan penglihatannya berangsur-angsur melemah dan akhirnya buta total. Akan tetapi, ia menolak untuk diobati dengan mengtkan pengobatan akan sia-sia belaka karena sebentar lagi ia akan meninggal.[2]
           
2.      Karya-karya Ar-Razi
                      Sebagai seorang filosof, Ar-Razi banyak mengarang buku fisika di bidang ilmu filsafat maupun di bidang ilmiah. Karya medisnya yang paling besar adalah al-Hawi, yang lebih terkenal dengan sebutan al-Jami’, yaitu ikhtisar ilmu kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun 1279 dengan Continens dan beredar luas dilingkungan Ilmu kedokteran  sampai abad keenam belas.  Disamping itu, Ar-Razi juga memiliki banyak karya-karya di bidang  ilmu lain, seperti ilmu filsafat, kimia, astronomi, tata bahasa, teologi, logika dan ilmu pengetahuan lain. Diantara karya-karyanya yang terkenal adalah:
1.    Sekumpulan risalah logika berkenaan dengan kategori-kategori, demonstrasi, Isagoge dan logika.
2.    Sekumpulan risalah tentang metafisika pada umumnya
3.      Materi Mutlak dan Partikular
4.    Plenum an vacum, Ruang dan Waktu
5.    Fisiska
6.    Bahwa Dunia Memiliki Pencipta yang Bijaksana
7.    Tentang keabadian dan ketidakabadian Tuhan
8.    Sanggahan terhadap proclus
9.    Opini fisika “plutarch” ( placita philosophorum)
10.  Sebuah komentar tentang timaeus
11.  Obat pencahar Rohani (spiritual Physic)


 C. Filsafat Ar-Razy
            1. pandangan Ar-Razy tentang Moral
         Menurut Ar-Razy, dalam hidup ini kita jangan terlalu zuhud jangan pula terlalu tamak. Yang paling baik adalah yang moderat.Artinya jangan terlalu mengumbar nafsu tetapi jangan pula terlalu membunuh nafsu.Segala sesuatu hendaknya menurut kebutuhan saja.
         Untuk itu, ia membuat dua buah batas. Pertama batas tertinggi, ialah menjauhi kesenangan yang hanya dapat diperoleh dengan jalan menyakiti orang lain ataupun bertentangan dengan ratio. Kedua batas terendah ialah menemukan apa yang tidak merusak atau menyebabkan penyakit dan berpakaian sekedar untuk menutup tubuh.
         2. Metafisika  Ar-Razy
         Pandangan Ar-Razy menguraikan ilmunya mengenai metafisika dalam sebyah buku yang brjudul Ilmu Ketuhanan.Namun buku itu sudah tidak ada lagi saat ini, yang ada kini hanyalah sangkalan-sangkalan dari beberapa paragraph buku tersebut dan yang dikumpulkan ole Kraus. Menurut Al-Biruni, persoalan metafisika yang digarap oleh Ar-Razy hanyalah meupakan penjiplakan dari filsafat yunani kuno, yakni tentang lima prinsip yang kekal.  Dan kelima pinsip yang kekal itu adalah tentang Tuhan, jiwa yang universal, materi pertama, ruangabsolut dan waktu yang absolut.
         Menurut Sudarsono, dalam bukunya yang berjudul filsafat Islam, ia berpendapat, mekskipun seringkali ada dugaan bahwa Ar-Razy mengambil titik tolak pandanga-pandangan metafisiknya terutama dan khususnya konsep sentralnya tentang lima prinsip yang kekal ialah dais umber-sumber Heranean dan Sabean, tetapi besar kemungkinanbahwa inspirasi pemikiran metafisiknya pada hakikatnya adalah platonik dan tulisan-tulisan etikanya pada dasarnya diilhami oleh gagasan moralitas sokratik. Hal ini tampaknya wajar sekali mengingat perhatian Ar-Razy yang besar terhadap literature sokratik, platonic, dan pasca platonic, sebagaimana yang dapat dilahat dari judul-judul karyanya seperti sebuah risalah tentang opini-opini fisika Plutarch yang tidak asli (yang disebut oleh orang Arab Placita Philosophorum-nya), sebuah sanggahan terhadap Proclus, sebuah komentar atas komentar Plutarch tentang Timaeus, dan juga sebuah komentar terhadap Timaeus sendiri, serta risalah tentang metafisika menurut ajaran plato. Selain itu, pemikiran terhadap keterangan internal dan juga pokok ajaran Ar-Razy  seperti yang tertuang dalam tulisan-tulisannya yang masih ada, sepenuhnya lahir dari asumsi ini.
         Disamping itu dijelaskan pula bahwa unsur platonik dalam pemikiran Ar-Razy  dalam konsep metafsikanya yang utama tenta lima unsure yang kekal, meskipun secra umum dipandang berasal dari sekte Sabean atau Harranian, tetapi pengaruh lansung platonik yang pada ujungnya memancar dari dialog kosmologis plato yang agung .
Pemikiran Ar-Razy tentang lima yang kekal kemudian dijadikan dasar dalam mewujudkan alam. Artinya, alam itu baru akan terwujud bila kelima unsur tersebut ada. Adapun penjabaran dari kelima unsure tersebut adalah sebagai berikut.:
a.       Tuhan
                   Menurut Ar-Razy, Tuhan itu Maha Bijaksana. Ia tidak mengenal istilah lupa. Hidup ini terpancar dari sang surya. Tuhan adalah pencipta segala sesuatu dengan sempurna.Pengetahuan Tuhan berbeda dengan pengetahuan manusia, sebab pengetahuan manusia dibatasi oleh pengalaman, sedangkan pengetahuan Tuhan tidak dibatasi oleh pengalaman. Tuhan tahu tentang sifat jiwa yang cendrung bersatu dengan benda dan mencari kelezatan  material. Setelah jiwa bergabung dengan ubuh, Tuhan kemudian mengatur hubungan tersebut dengan harmonis.Yaitu dengan jalan melimpahkan akal kedalam jiwa. Lantaran memiliki akal, jiwa menjadi sadar bahwa selama masih bergandengan dengan tubuh ia akan ttap menderita. Dengan akal, jiwa tahu tempat asalnya, akal pulalah yang menginsafkan jiwa bahwa kebahagiaan tertinggi hanya akan diperoleh setelah jiwa mampu melepaskan diri dari dukungan tubuh.[3]
b.      Jiwa Universal ( ruh)
Ruh, menurut Ibnu Manzhur berarti jiwa, badan halus.Ruh berasal dari kata ra-wa-ha atau ra-ha yang berarti udara atau wangi jadi ruh adalah zat yng halus sejenis udara.Jiwa universal merupakan al-mabda' al-qadim al-sany (sumber kekal yang kedua). Padanya terdapat daya hidup dan bergerak, -sulit diketahui karena ia tampa rupa-, tetapi karena ia dikuasai naluri untuk bersatu dengan al-hayula al-ula (materi pertama), terjadilah padanya rUpa yang dapat menerima fisik, sementara itu, materi pertama tanpa fisik, Allah datang menolong ruh dengan menciptakan alam semesta termasuk tubuh manusia yang ditempati roh. Begitu pula Allah menciptakan akal.Ia merupakan limpahan dari Allah. Tujuan penciptaannya untuk menyadarkan jiwa yang terlena dalam fisik manusia, bahwa tubuh itu bukanlah tempat yang sebenarnya, bukan tempat keabahagiaan dan tempat abadi.Kesenangan dan kebahagiaaan yang sebenarnya adalah melepaskan diri dari materi dengan jalan filsafat. Jiwa yang tidak dapat menyucikan dirinya dengan filsafat, ia akan tetap tinggal dialam materi. Akan tetapi, apabila ia sudah bersih, ia dapat kembali keasalnya, saat itu alam hancur dan jiwa serta materi materi kembali kepada keadaannya semula.
                 
c.       Materi pertama
             Materi pertama adalah kekal (Jauhar Qadim).Ia disebut juga hayulamuthlaq (materi mutlak), yang tidak lain adalah atom-atom yang tidak bisa dibagi lagi. Atom-atom yang tidak terbagi itu, menurut Ar-Razy, mempunyai volume (‘Azhm), oleh karena itu, ia dapat dibentuk. Dengan penyusunan atom-atom itu terbentuklah alam dunia.Partikel-partikel materi alam menentuan kualitas-kualitas primer dari maeri tersebut. Partikel yang lebih padat menjadi unsur tanah, partikel yang lebih renggang daripada unsur tanah menjadi unsur air, partikel yang lebih renggang lagi menjadi unsur udara, danyang jauh lebih renggang menjadi unsurapi. Untuk memperkuat pendapatnya tentang kekekalan materi pertama, Ar-Razy memajukan dua argument.Pertama, adanya penciptaan mengharuskan adanya pencipta.Materi yang diciptakan oleh pencipta yang kekal tentu kekal pula.Kedua, ketidakmungkainan penciptaan dari creation ex nihilo.Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa alam diciptakan Allah dari bahan yang sudah ada, yakni materi pertama yang telah ada sejak zaman azali.[4]
d.      Ruang Absolut
               Oleh karena materi pertama itu kekal, maka membutuhkan ruang yng sifatnya kekal juga, sebab tidak mungkin yang kekal itu berada pada yang nisbi. Menurut Ar-Razy, ruang ada dua macam, yakni ruang absolut dan ruang relatif. Ruang absolut dan ruang relatif.Ruang absolut tidak menggantungkan wujudnya pada alam maupun benda-benda yang membutuhkan ruang. Sebaliknya,setiap ruang mesti diisi oleh benda, ruang ini disebut ruang relatif.[5]
e.       Masa Absolut
Ar-Razy juga membagi masa kedalam dua bagian.Pertama, masa mutlak(tidak terbatas), disebut juga dengan al-dahr, bersifat Qadim dan substansi yang mengalir (jauharyajri) atau bergerak. Menurut Ar-Razy, waktu mutlak atau absolute telah ada sejak sebelum adanya waktu yang terbatas.[6]seperti perputaran waktu yang sifatnya bergerak dan kekal. Dan waktu yang terbatas adalah waktu yang diukur berdasarkan perputaran dan pergerakan bumi, matahari dan bintang-bintang.[7]
3. Akal, Kenabian dan Wahyu
              Menurut Ar-Razy, akal meruakan substansi sangat penting yang terdapat dalam diri manusia sebagai cahaya (nur) dalam hati. Cahaya ini bersumber langsung dari Allah, sebagai utusan untuk menyadarkan manusia dari kebodohanya.
             
       
                       



                [1]Sirajuddin Zar, FilsafatIslam, (jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2012), h.113
                [2] Ibid; h. 116
[3]Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 95-99
[4]Sirajuddin Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 119
[5]Sudarsono, Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 93
[6]Ibid., hal. 120
[7] Sudarsono, Op,Cit., hal. 93

Tidak ada komentar:

Posting Komentar