Ar-Razi
A.
Sejarah
Lahir dan Karyanya
1.
Sejarah
Lahir
Nama lengkap
Al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Yahya Al-Razi.Dalam wacana
keilmuan barat dikenal dengan sebutan Rhazes.Ia dilahirkan di Rayy, sebuah kota
tua yang masa lalu bernama Rhogee, dekat Teheran, Republik Islam Iran pada
tanggal 1 Sya’ban 251 M/ 865 M.[1]
Ada beberapa nama
tokoh lain yang juga dipanggil Al-Razi, yakni Abu hatim Al-Razi, Fakhruddin
Al-Razi, dan Najmuddin Al-Razi. Oleh karena itu, perlu ditambahkan dengan
sebutan Abu Bakar, yang merupakan namakun-yah-nya (gelarnya).
Perlu pula diingat
tentang lingkungan Al-razi tempat ia berdomisili. Telah dimaklumi bahwa Iran,
yang sebelumnya terkenal dengan sebutan Persia, sejak lama sudah terkenal
dengan sejarah peradaban manusia. Kota ini merupakan tempat pertemuan berbagai
peradaban, terutama peradaban Yunani dan persia. Dalam bidang penyatuan
kebudayaan Persia dan Yunani inilah terletaknya salah satu jasa dari Alexander Agung
pada tahun 331 SM. Oleh karena itu, tidak mengherankan kota-kota di
Persia (Iran) ini telah mengenal peradaban yang tinggi jauh sebelum bangsa Arab
mengenalnya.
Al-Razi terkenal
sebagai seorang dokter yang dermawan, penyayang kepada pasien-pasiennya, karena
itu i sering memberikan pengobatan Cuma-Cuma kepada orang-orang miskin.Karena
reputasinya sebagai kedokteran ini, Al-Razi pernah diangkat menjadi kepala
rumah sakit Rayy pada masa pemerintahan Gubernur Al-Mansur Ibnu Ishaq. Kemudian
ia pindah ke Bagdad dan memimpin rumah sakit disana pada masa pemerintahan
Khalifah Al-mukhtafi. Setelah Al-Muktafi meninggal, ia kembali ke kota
kelahirannya, kemudian ia berpindah-pindah
dari satu negeri ke negeri lainnya dan meninggal dunia pada tanggal 5 Sya’ban
313 H/ 27 Oktober 925 M dalam usia 60 tahun.
Disiplin Ilmu
Al-Razi meliputi ilmu falak, matematika, kimia, kedokteran, dan filsafat.Ia
lebih terkenal sebagai ahli kimia dan ahli kedokteran dibanding sebagai seorang
filosof. Ia sangat rajin menulis dan membaca, agaknya inilah yang menyebabkan
penglihatannya berangsur-angsur melemah dan akhirnya buta total. Akan tetapi,
ia menolak untuk diobati dengan mengtkan pengobatan akan sia-sia belaka karena
sebentar lagi ia akan meninggal.[2]
2.
Karya-karya
Ar-Razi
Sebagai
seorang filosof, Ar-Razi banyak mengarang buku fisika di bidang ilmu filsafat
maupun di bidang ilmiah. Karya medisnya yang paling besar adalah al-Hawi,
yang lebih terkenal dengan sebutan al-Jami’, yaitu ikhtisar ilmu
kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun 1279 dengan
Continens dan beredar luas dilingkungan Ilmu kedokteran sampai abad keenam belas. Disamping itu, Ar-Razi juga memiliki banyak
karya-karya di bidang ilmu lain, seperti
ilmu filsafat, kimia, astronomi, tata bahasa, teologi, logika dan ilmu
pengetahuan lain. Diantara karya-karyanya yang terkenal adalah:
1.
Sekumpulan
risalah logika berkenaan dengan kategori-kategori, demonstrasi, Isagoge dan
logika.
2.
Sekumpulan
risalah tentang metafisika pada umumnya
3.
Materi Mutlak dan Partikular
4.
Plenum
an vacum, Ruang dan Waktu
5.
Fisiska
6.
Bahwa
Dunia Memiliki Pencipta yang Bijaksana
7.
Tentang
keabadian dan ketidakabadian Tuhan
8.
Sanggahan
terhadap proclus
9.
Opini
fisika “plutarch” ( placita philosophorum)
10. Sebuah komentar tentang timaeus
11. Obat pencahar Rohani (spiritual Physic)
C. Filsafat Ar-Razy
1. pandangan Ar-Razy tentang Moral
Menurut Ar-Razy,
dalam hidup ini kita jangan terlalu zuhud jangan pula terlalu tamak. Yang
paling baik adalah yang moderat.Artinya jangan terlalu mengumbar nafsu tetapi
jangan pula terlalu membunuh nafsu.Segala sesuatu hendaknya menurut kebutuhan
saja.
Untuk itu, ia membuat
dua buah batas. Pertama batas tertinggi, ialah menjauhi kesenangan yang hanya
dapat diperoleh dengan jalan menyakiti orang lain ataupun bertentangan dengan
ratio. Kedua batas terendah ialah menemukan apa yang tidak merusak atau
menyebabkan penyakit dan berpakaian sekedar untuk menutup tubuh.
2. Metafisika Ar-Razy
Pandangan Ar-Razy
menguraikan ilmunya mengenai metafisika dalam sebyah buku yang brjudul Ilmu
Ketuhanan.Namun buku itu sudah tidak ada lagi saat ini, yang ada kini hanyalah
sangkalan-sangkalan dari beberapa paragraph buku tersebut dan yang dikumpulkan
ole Kraus. Menurut Al-Biruni, persoalan metafisika yang digarap oleh Ar-Razy
hanyalah meupakan penjiplakan dari filsafat yunani kuno, yakni tentang lima prinsip
yang kekal. Dan kelima pinsip yang kekal
itu adalah tentang Tuhan, jiwa yang universal, materi pertama, ruangabsolut dan
waktu yang absolut.
Menurut Sudarsono,
dalam bukunya yang berjudul filsafat Islam, ia berpendapat, mekskipun
seringkali ada dugaan bahwa Ar-Razy mengambil titik tolak pandanga-pandangan
metafisiknya terutama dan khususnya konsep sentralnya tentang lima prinsip yang
kekal ialah dais umber-sumber Heranean dan Sabean, tetapi besar
kemungkinanbahwa inspirasi pemikiran metafisiknya pada hakikatnya adalah
platonik dan tulisan-tulisan etikanya pada dasarnya diilhami oleh gagasan
moralitas sokratik. Hal ini tampaknya wajar sekali mengingat perhatian Ar-Razy
yang besar terhadap literature sokratik, platonic, dan pasca platonic,
sebagaimana yang dapat dilahat dari judul-judul karyanya seperti sebuah risalah
tentang opini-opini fisika Plutarch yang tidak asli (yang disebut oleh orang
Arab Placita Philosophorum-nya), sebuah sanggahan terhadap Proclus, sebuah
komentar atas komentar Plutarch tentang Timaeus, dan juga sebuah komentar
terhadap Timaeus sendiri, serta risalah tentang metafisika menurut ajaran
plato. Selain itu, pemikiran terhadap keterangan internal dan juga pokok ajaran
Ar-Razy seperti yang tertuang dalam
tulisan-tulisannya yang masih ada, sepenuhnya lahir dari asumsi ini.
Disamping itu
dijelaskan pula bahwa unsur platonik dalam pemikiran Ar-Razy dalam konsep metafsikanya yang utama tenta
lima unsure yang kekal, meskipun secra umum dipandang berasal dari sekte Sabean
atau Harranian, tetapi pengaruh lansung platonik yang pada ujungnya memancar
dari dialog kosmologis plato yang agung .
Pemikiran Ar-Razy tentang lima yang kekal kemudian dijadikan dasar
dalam mewujudkan alam. Artinya, alam itu baru akan terwujud bila kelima unsur
tersebut ada. Adapun penjabaran dari kelima unsure tersebut adalah sebagai
berikut.:
a.
Tuhan
Menurut Ar-Razy, Tuhan itu Maha Bijaksana. Ia tidak
mengenal istilah lupa. Hidup ini terpancar dari sang surya. Tuhan adalah
pencipta segala sesuatu dengan sempurna.Pengetahuan Tuhan berbeda dengan
pengetahuan manusia, sebab pengetahuan manusia dibatasi oleh pengalaman,
sedangkan pengetahuan Tuhan tidak dibatasi oleh pengalaman. Tuhan tahu tentang
sifat jiwa yang cendrung bersatu dengan benda dan mencari kelezatan material. Setelah jiwa bergabung dengan ubuh,
Tuhan kemudian mengatur hubungan tersebut dengan harmonis.Yaitu dengan jalan
melimpahkan akal kedalam jiwa. Lantaran memiliki akal, jiwa menjadi sadar bahwa
selama masih bergandengan dengan tubuh ia akan ttap menderita. Dengan akal,
jiwa tahu tempat asalnya, akal pulalah yang menginsafkan jiwa bahwa kebahagiaan
tertinggi hanya akan diperoleh setelah jiwa mampu melepaskan diri dari dukungan
tubuh.[3]
b.
Jiwa
Universal ( ruh)
Ruh, menurut Ibnu Manzhur berarti jiwa, badan halus.Ruh berasal
dari kata ra-wa-ha atau ra-ha yang berarti udara atau wangi jadi ruh adalah zat
yng halus sejenis udara.Jiwa universal merupakan al-mabda' al-qadim al-sany
(sumber kekal yang kedua). Padanya terdapat daya hidup dan bergerak, -sulit
diketahui karena ia tampa rupa-, tetapi karena ia dikuasai naluri untuk bersatu
dengan al-hayula al-ula (materi pertama), terjadilah padanya rUpa yang dapat
menerima fisik, sementara itu, materi pertama tanpa fisik, Allah datang
menolong ruh dengan menciptakan alam semesta termasuk tubuh manusia yang
ditempati roh. Begitu pula Allah menciptakan akal.Ia merupakan limpahan dari
Allah. Tujuan penciptaannya untuk menyadarkan jiwa yang terlena dalam fisik
manusia, bahwa tubuh itu bukanlah tempat yang sebenarnya, bukan tempat
keabahagiaan dan tempat abadi.Kesenangan dan kebahagiaaan yang sebenarnya
adalah melepaskan diri dari materi dengan jalan filsafat. Jiwa yang tidak dapat
menyucikan dirinya dengan filsafat, ia akan tetap tinggal dialam materi. Akan
tetapi, apabila ia sudah bersih, ia dapat kembali keasalnya, saat itu alam
hancur dan jiwa serta materi materi kembali kepada keadaannya semula.
c.
Materi
pertama
Materi pertama adalah kekal (Jauhar Qadim).Ia
disebut juga hayulamuthlaq (materi mutlak), yang tidak lain adalah
atom-atom yang tidak bisa dibagi lagi. Atom-atom yang tidak terbagi itu,
menurut Ar-Razy, mempunyai volume (‘Azhm), oleh karena itu, ia dapat dibentuk.
Dengan penyusunan atom-atom itu terbentuklah alam dunia.Partikel-partikel
materi alam menentuan kualitas-kualitas primer dari maeri tersebut. Partikel
yang lebih padat menjadi unsur tanah, partikel yang lebih renggang daripada
unsur tanah menjadi unsur air, partikel yang lebih renggang lagi menjadi unsur
udara, danyang jauh lebih renggang menjadi unsurapi. Untuk memperkuat
pendapatnya tentang kekekalan materi pertama, Ar-Razy memajukan dua
argument.Pertama, adanya penciptaan mengharuskan adanya pencipta.Materi yang
diciptakan oleh pencipta yang kekal tentu kekal pula.Kedua, ketidakmungkainan
penciptaan dari creation ex nihilo.Seperti telah dikemukakan sebelumnya,
bahwa alam diciptakan Allah dari bahan yang sudah ada, yakni materi pertama
yang telah ada sejak zaman azali.[4]
d.
Ruang
Absolut
Oleh karena
materi pertama itu kekal, maka membutuhkan ruang yng sifatnya kekal juga, sebab
tidak mungkin yang kekal itu berada pada yang nisbi. Menurut Ar-Razy, ruang ada
dua macam, yakni ruang absolut dan ruang relatif. Ruang absolut dan ruang
relatif.Ruang absolut tidak menggantungkan wujudnya pada alam maupun
benda-benda yang membutuhkan ruang. Sebaliknya,setiap ruang mesti diisi oleh
benda, ruang ini disebut ruang relatif.[5]
e.
Masa
Absolut
Ar-Razy juga
membagi masa kedalam dua bagian.Pertama, masa mutlak(tidak terbatas), disebut
juga dengan al-dahr, bersifat Qadim dan substansi yang mengalir (jauharyajri)
atau bergerak. Menurut Ar-Razy, waktu mutlak atau absolute telah ada sejak
sebelum adanya waktu yang terbatas.[6]seperti
perputaran waktu yang sifatnya bergerak dan kekal. Dan waktu yang terbatas
adalah waktu yang diukur berdasarkan perputaran dan pergerakan bumi, matahari
dan bintang-bintang.[7]
3. Akal, Kenabian dan Wahyu
Menurut Ar-Razy, akal meruakan
substansi sangat penting yang terdapat dalam diri manusia sebagai cahaya (nur)
dalam hati. Cahaya ini bersumber langsung dari Allah, sebagai utusan untuk
menyadarkan manusia dari kebodohanya.
[3]Sudarsono,
Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 95-99
[4]Sirajuddin Zar,
Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012), hal. 119
[5]Sudarsono,
Filsafat Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 93
[6]Ibid., hal. 120
[7] Sudarsono, Op,Cit.,
hal. 93
Tidak ada komentar:
Posting Komentar